Jumat, 24 Februari 2012

Coretan Untukmu Pak….

Jebres, 22 Februari 2012
                              
Setelah ku cium tanganmu, ku lihat jelas matamu berkaca. Tangan itu adalah tangan penjemput maisah yang melupakan lelah. Setelah ku lihat parasmu, ku lihat jelas kasih sayang itu. Paras itu adalah paras pancaran harapan besar. Berusaha ku tahan air mata yang mau tumpah. Sekuat tenaga aku tak kan menumpahkan keristal bening itu di hadapannya. Aku berusaha tersenyum tegar. Ku pancarkan wajah bahagia, optimis, dan wajah semangat untuk hari esok yang lebih baik. 



Beberapa menit kemudian, kereta api itu berjalan. Aku menghela nafas panjang dan hatiku berkata “Bismillah, selamat jalan pak, semoga semuanya akan baik-baik saja”. Jika aku mengenang jerih payahmu membesarkan aku, rasanya aku seperti menjadi anak yang paling beruntung di dunia ini. Jika aku mengingat lelahmu meniti hidup, rasanya tak sebanding dengan lelahku sekarang. Jika aku mengingat usahamu membesarkan anakmu ini, rasanya tak sebanding dengan beratnya usahaku membesarkan anakku sekarang. Jika aku mengingat kenangan bersamamu, hanya haru yang terasa karena aku merasa belum bisa membalasnya hingga kini.

Setelah ku tinggalkan stasiun itu, ulu hatiku terasa sesak barang sejenak, tak terasa mataku menghangat. Aku tidak bisa menipu. Tapi aku berusaha tegar. Berkelebat dalam benakku saat itu. Satu dari sejuta kenangan bersamanya. Kala itu saat aku masih mahasiswa dulu, aku ada agenda rapat di fakultas yang mengharuskan mabit di kampus. Dan besoknya adalah batas hari terakhir membayar SPP semesteran. Malam itu juga bapak menyusulku ke kampus dan menghantarkan sendiri uang bayaran itu, kala itu 542.500 rupiah, bapak memberiku 600 ribu. Tak semudah membalikkan telapak tangan mendapatkan uang sebesar itu bagi bapak, aku paham. Dia harus memeras keringat dan membanting tulang sangat keras.

Perjalanan ke depan masih panjang, Bismillah, selamat jalan pak, semoga semuanya baik-baik saja. Maafkan anakmu ini yang belum bisa membahagiakanmu. Hatiku akan selalu tersenyum syukur atas hidup dan kehidupan ini. Rabbi, mudahkanlah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar