Dibuat oleh: Anjar Pujiyanti
Suatu ketika di sebuah SMK Sableng, guru bahasa Indonesia, pak Gemblung memasuki ruang kelas.
Pak Gemblung : “Pagi anak-anak”
Siswa2 sableng: “Pagi pak!!!!”, teriak mereka dengan suara keras seolah ruang kelas mau runtuh.
Pak Gemblung: “Hari ini kita akan belajar tentang Antonim atau lawan kata. Kalau besar lawan katanya kecil, kalo tinggi lawan katanya rendah, kalo maju lawan katanya mundur. Mengerti?”, jelas pak Gemblung.
Murid2 Sableng: “Ya, mengerti pak!”
Pak Gemblung: “Sekarang, pertanyaan bapak dijawab ya? Kalo luas lawan katanya apa?”
Murid2 Sableng: “Sempit”
Pak Gemblung: “Wuah, pinter. Kalo lawan kata banyak?”
Murid2 Sableng: “Sedikit”
Pak Gemblung: “Jujur “
Murid2 Sableng: “Bohong”
Pak Gemblung: “Mati”
Murid2 Sableng: “Hidup”
Pak Gemblung: “Panas “
Murid2 Sableng: “Dingin”
Pak Gemblung: “Ya, pertanyaannya sudah selesai”
Murid2 Sableng: “Tidak, jawabannya belum selesai”
Pak Gemblung : “Wes rampung”
Murid2 Sableng: “Durung rampung!”
Pak Gemblung: “Wes, wes, wes, wes, wes rampung pelajarane”
Murid2 Sableng: “Durung, durung, durung, durung, durung rampung pelajarane”
Pak Gemblung: “Wes Cah!”
Murid2 Sableng: “Durung cah!”
Pak Gemblung: “Sudah, diam anak-anak”
Murid2 Sableng : “Belum, rame guru-guru”
Pak Gemblung: “Diam”
Murid2 Sableng: “Rame”
Pak Gemblung: “Tutup mulut anak-anak”
Murid2 Sableng: “Buka mulut guru-guru”
Pak Gemblung: “Ini pertanyaannya sudah selesai”
Murid2 Sableng: “Itu jawabannya belum selesai”
Pak Gemblung: “diam to!”
Murid2 Sableng: “rame to!”
Pak Gemblung : “Ah, sudah aku arep metu, sambil keluar kelas dengan kepala bertanduk sesekali terlihat asap muncul. Judek.”
Murid2 Sableng: “Ah, belum aku arep mlebu, saling beradu pandang. Heran. Kemudian tertawa riuh. Dasar Sableng.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar