Sejenak kuhentikan langkahku tepat di ujung lorong. Tempat ini agak sepi. Para pengunjung mal sedikit kutemui daripada di tempat aku menelepon tadi. Kurasakan getaran HP-ku di celana. Kulihat ada sebuah pesan. Ana mengirimiku SMS. Aku membacanya sambil menundukkan topi hitamku yang agak terangkat. Aku suka sekali memakai topi yang lengkungan penutupnya sampai menutup mata.
”Hasil berapa, Mas?” tiba-tiba seseorang menepuk pundakku. Aku menoleh ke arahnya. Seorang laki-laki berdiri tepat di hadapanku. Tampangnya menyeramkan. Kulihat tangan kanannya penuh tatto. Ia lalu berjongkok di sebelahku. Mau tak mau, aku pun harus berjongkok agar sejajar dengannya.
”Panen lagi sepi,” katanya kemudian. Aku masih tidak menanggapinya. Sesaat, aku baru mengerti bahwa laki-laki itu menganggap aku rekan seprofesinya. Seorang copet.
”Panen lagi sepi,” katanya kemudian. Aku masih tidak menanggapinya. Sesaat, aku baru mengerti bahwa laki-laki itu menganggap aku rekan seprofesinya. Seorang copet.
Oleh : Miko Wibisono dengan perubahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar