Nan,
Aku terbangun lagi. Kau hadir dalam mimpiku semalam.
Nan,
Lihatlah seleret cahaya mentari menyelinapi jendela kamar, pagi itu indah seindah hadirmu semalam dalam mimpiku
Nan,
Dengarkanlah suara kicau burung itu sangat merdu semerdu nyanyian cinta ini
Nan,
Ku hembuskan nafasku pada jendela kaca kamar, kemudian kutulis namamu dengan jari telunjukku
Nan,
Hari bahagia itu akan datang seminggu lagi
Nan,
Aku tak tahu mengapa beberapa hari terakhir ini merasa resah dan gelisah
Nan,
Apa yang kau lakukan saat ini? Aku ingin segera menempuh bahtera kehidupan ini bersamamu
Nan,
Saat ini kau begitu jauh di sana, memakan puluhan jam perjalanan. Jika aku dapat berlari aku ingin berlari mengejarmu. Aku ingin mengejarmu dan kita akan bercerita banyak tentang rencana hari esok.
Nan,
Engkau tahu bahwa hanya kursi roda ini yang mampu menjawab keinginan itu.
Nan,
Aku sangat terharu ternyata kau begitu mencintaiku dan telah mengkhitbahku, padahal aku hanya seorang gadis yang melangkahkan kaki saja susah.
Nan,
Lihatlah undangan pernikahan kita telah tersebar. Kita akan menikah minggu depan.
Tiba-tiba Kring kring kring….
Suara telpon berbunyi. Berita sebuah kecelakaan dan dia meninggal dunia. Aku lemas seketika, hatiku remuk, sel-sel tubuhku seolah mati, bulir keristal bening mengalir deras membasahi pipi, ganggang telpon jatuh ke lantai, “Nando…..!”
Terinspirasi cerita seorang teman kuliah, semoga engkau tetap sabar ya...
aduh bagus amat tulisannya yg ini. coba dijadikan cerpen..
BalasHapusTerimakasih mbak :)
Hapus